Libur Panjang

Hari ini. Aku bermimpi.
Tentang seseorang yang sejak lama tak kujumpai, sekitar satu tahun lebih. Ia pulang ke rumah, dalam keadaan yang ーkalau kutebak, pasti lelah setelah selama itu pergi liburan. Biar begitu, pasti juga menyenangkan. Karena ia kembali dijemput oleh ayah dengan motor. Seringkali aku dibuat khawatir olehnya. Meski tak membawa barang bawaan. Tetapi rasanya takut kalau sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di jalan. Karena biar bagaimanapun, ia pernah jatuh sakit. Terbaring lemah hingga tak berdaya dan kaku. Tetapi tak apa, kini ia sudah tampak baik-baik saja. Bahkan parasnya terlihat lebih cantik dari saat perjumpaan terakhir kami.

Selamat datang kembali, mama.

Kedatangannya tak pernah berhenti membuatku hilang kendali. Aku tidak sekuat dirinya, yang hanya dengan menatapnya saja seketika membuat wajahku kusut. Ia selalu tampak keheranan melihatku menjadi laki-laki secengeng ini, bahkan setelah dewasa. Kalau ia berpikir demikian, aku akan membantahnya. Biar sedewasa apapun sikapku, biar sebesar apa tubuhku, biar setua apa usiaku, aku tetaplah si kecilmu.

Aku ingin sekali memeluknya, bahkan takkan kulepas, sambil larut dalam tangisan. Tetapi hal tersebut agaknya malah membuat risih. Barangkali ia ada perlu dengan yang lain. Maka kupersilahkan, seisi rumah ini, seluruh waktu ini, kupersembahkan untukmu. Aku akan menjamunya sebagaimana ratu dalam sebuah negeri dongeng. Sekalian memamerkan hal baru apa saja yang dapat kulakukan selama ia tinggalkan. Kebetulan, pagi kemarin aku sempat berbelanja bahan masakan dengan ayah. Ini bisa jadi kesempatan emas.

"Ma, aku udah bisa masak, lho."
"Ma, aku masakin ya."
"Duduk aja, Ma, ini biar aku yang urus."
"Ma, aku udah bisa ini, lho."
"Ma, aku juga udah bisa itu."

Disini nampak hanya aku yang ingin mendapat sanjungan darinya. Menyita seluruh perhatiannya dengan banyak hal yang sempat diajarkannya sediakala. Aku tidak tahu kalau-kalau akan tiba lagi saat seperti ini. Harapku agar tidak pernah usai.

Aku terlelap cukup lama. 
Seperti biasa, hal pertama yang kulakukan usai bangun adalah membuka handphone. Bukan apa-apa, aku hanya selalu ingin melihat waktu serta menghitung berapa lama aku tertidur. Di hadapanku ada cermin besar dan panjang, yang selalu kubalikkan setiap hendak tidur. Nampaknya seseorang sudah membalikkannya lagi, guna berkaca. Aku terduduk lemah, seolah nyawa belum sepenuhnya berkumpul. Dalam cermin itu, ada pantulan diriku. Kami berpandangan. Aku mendekatinya, dengan perasaan selalu ingin tahu seperti apa wajahku setelah bangun tidur. Namun, tidak seperti biasanya. 

Kali ini tampak menyedihkan.
Bahkan setelah mimpi itu berakhir, 
Air mataku tampak masih menyisa,
Menggantung di kelopak mata, 
Mengalir jatuh ke pipi, 
Membasahi dengan hangat. 
Bersama rintik yang jatuh dari langit.

Akhirnya, hari ini, tanggal 14 September 2020, Bandung turun hujan.

Comments